Kamis, 18 Desember 2014

Christmas without Jesus

Dan bulan Desember tiba...sekali lagi...dan kita bersibuk ria mempersiapkan acara Natal 'terbaik' yg bisa kita tawarkan kepada jemaat.

Dan kesibukan itu menyita banyak sekali waktu kita, sehingga kita tak menyadari bhw Yesus telah kita tinggalkan dan kita gantikan dengan segala macam perayaan yg gegap gempita.

Semua kesibukan itu terkadang bukan untuk Tuhan, tapi untuk eksistensi kita, entah sebagai rohaniwan, majelis, pengurus ataupun aktivis. Yesus tidak lagi menjadi fokus perayaannya. Yesus hanya menjadi sekedar hiasannya.

Padahal dulu Ia datang dalam kesederhanaan, tanpa program yang menargetkan berapa banyak orang yang akan hadir dan acara apa yang akan dibuat supaya orang tertarik untuk hadir.

Kala itu yang hadir hanyalah sekelompok kecil gembala, dan acara tunggalnya adalah menyembah sang Raja dalam suasana yang dipenuhi kehangatan. Ada pengharapan yang semakin besar di sana. Pengharapan yang mereka juga bagikan kepada sesama.

Kemudian ada sekelompok majus yang menempuh perjalanan amat jauh untuk mengalami sukacita yang penuh. Letih karena perjalanan jauh menemukan tempat untuk jiwa berteduh.

Natal bukan bicara tentang siapa saya dan kamu. Natal bicara tentang Yesus. Natal bicara tentang pengharapan, sukacita, dan keselamatan.

Natal adalah Yesus.
Mari kita merayakan Yesus.
Disitu kita akan menjumpainya...

(Dan tak ada kata-kata yang cukup pantas menggambarkan keindahan perjumpaan dengan sang Juruselamat itu)

1 komentar:

Ron mengatakan...

Nice one. :)

Spiritualitas sebenarnya kesederhanaan, dimana kamu dan dirimu mendekatkan diri dengan apa yang kamu yakini :)