Apa yang dicari manusia saat merayakan Natal?
Mungkin baju dan sepatu baru…
Mungkin gadget dan elektronik baru…
Mungkin diskon besar-besaran di pusat perbelanjaan…
Mungkin hiburan yang spektakuler…
Mungkin acara di Gereja yang meriah…
Mungkin kesempatan berkumpul bersama dengan keluarga…
Mungkin liburan ke luar kota…
Mungkin hadiah-hadiah yang bisa didapatkan…
Mungkin pacar yang baru…
Mungkin perhatian dan kasih sayang
Mungkin mencari arti dari sebuah kehidupan
Mungkin…dan mungkin saja semuanya itu yang terjadi di bulan Desember.
Apa yang dicari Tuhan saat Natal?
Lebih spesifik lagi, siapa yang dicari oleh-Nya saat Natal?
Ya. Ia mencari engkau dan saya…
Ia mencari adakah hati yang bersedia menjadi kandang bagi-Nya
Adakah pribadi yang bersedia menjadi palungan untuk tempat-Nya
berbaring
Adakah jiwa-jiwa yang bersukacita menyambut kehadiran-Nya dalam dunia
Peristiwa Natal adalah sebuah peristiwa Allah menyapa umat-Nya. Allah
mengunjungi ciptaan-Nya. Diam ditengah-tengah mereka. Perjumpaan itu menjadi
sebuah peristiwa yang mengharukan, membangkitkan semangat, sekaligus
menyegarkan.
Lihatlah, siapa yang datang? Siapa yang meninggalkan tahta mulia untuk
blusukan ke dalam dunia? Alkitab mengatakan bahwa Dialah Yesus, yang akan
menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka. Inilah berita Natal: Allah datang
untuk menyapa umat-Nya. Ia datang untuk menyapa Saudara dan saya. Ia datang
untuk berbagi isi hati-Nya dengan kita. Inilah Natal. Inilah cara Allah
memberitahu kita bahwa kita tidak ditinggalkan sendirian dalam keberdosaan
kita. Inilah bentuk perhatian dan kasih sayang Allah, yang sekalipun begitu
murka melihat segala dosa kita, namun kasih-Nya menutupi segala pelanggaran
kita di atas kayu salib. Dan itu semua dimulai dengan peristiwa Natal.
Ketika kita merayakan Natal, mari kita kembali kepada Yesus. Sebab
merayakan Natal berarti merayakan Kristus. Segala sesuatu yang bukan untuk
merayakan Kristus bukanlah perayaan Natal.
Back to the Christmas, meaning:
1.
Kembali pada kesederhanaan Natal. Bukan rumah
sakit bersalin, tapi kandang hewan. Bukan spring bed tapi palungan. Itu berarti
bahwa untuk menyambut Natal, kita tidak harus punya segala sesuatu baru kita
merasa pantas menyambut Natal, tapi juga tidak berarti kita tidak menyiapkan sesuatu
untuk menyambut Natal. Yang paling diperlukan untuk menyambut Natal adalah
Kandang Jiwa dan Palungan Hati agar Juruselamat dapat masuk dan tinggal di
dalamnya, dan mengerjakan perubahan-perubahan yang Ia anggap perlu untuk kita
alami.
2.
Kembali pada tujuan Natal yang semula:
Juruslamat datang untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka. Tapi banyak
orang yang merayakan Natal justru menyambut kedatangan Santa Claus yang
membagi-bagikan hadiah. Padahal kedatangan Yesus Kristus ke dalam dunia adalah
untuk memberikan hadiah yang jauh lebih berharga dibandingkan semua hadiah
dalam dunia. Ia memberikan diri-Nya sendiri sebagai hadiah yang paling
diperlukan semua orang di dunia ini. Keselamatan! Ia datang untuk menyelamatkan
Saudara dan saya. Tindak lanjutnya, sudahkah kita yang diselamatkan oleh-Nya
memberi diri dipakai oleh Allah untuk menjadi alat-Nya memberitakan keselamatan
kepada orang-orang disekitar Saudara?
3.
Kembali pada sikap hati para gembala dan
orang-orang Majus menyambut Natal. Ketika mereka berjumpa dengan bayi Yesus,
maka sangat bersukacitalah mereka. Perjumpaan dengan Juruselamat mendatangkan
sukacita yang besar. Sukacita yg sama membuat para gembala kembali ke tempat
tugasnya, ke kehidupannya, sambil memuji dan memuliakan Allah. Ketika Allah
datang ke dunia untuk menyapa umat-Nya, maka sekelompok orang meresponinya
dengan sukacita yang besar dan puji-pujian untuk kemuliaan Allah. Apakah
mengalami kehadiran Allah yang tinggal di hati membuat kita bersukacita? Apakah
sukacita itu membuat kita memuliakan Allah lewat kehidupan sehari-hari?