Senin, 29 Desember 2014

Sekali lagi tentang Natal

Nampaknya tidak semua orang dapat menikmati masa Natal tahun ini. Paling tidak beberapa orang berkata kepada saya bahwa mereka tidak mendapatkan apa-apa dalam ibadah Natal tahun ini.

Mungkin kita akan cenderung menanyakan sekaligus menyalahkan, apakah acaranya? Musiknya? Yang pimpin pujiannya? Atau bingkisannya?

Terlepas dari semua itu, pertanyaan berikut ini mungkin sering ditanyakan tapi jarang direnungkan dengan sungguh-sungguh: bagaimana persiapan pribadi kita menyambut Natal? Apakah dimulai dengan aktivitas belaka atau beriringan dengan hal yang spiritual?

Cara kita menyambut Natal akan menunjukkan apakah Natal masih punya arti dalam hidup kita sebagai orang percaya.

Natal dimulai bukan dengan apa yang kita dapatkan, tapi dengan apa yang Allah berikan. Tanpa Allah memberikan, maka kita tidak akan mendapat apapun.

Hanya saja, ada orang yang menganggap bahwa mereka layak mendapatkan yang lebih. Ketika yang diharap tidak terwujud maka akan muncul komentar dan gosip. Akhirnya, kepahitan muncul dan mengakar.

Kalau mau jujur, mungkin kita tidak sedang merayakan Yesus. Kita sedang merayakan kemampuan kita ataupun ketidakmampuan orang lain menyiapkan acara yang bagus dan dapat dikenang lama.

Yang tidak terlibat dalam kepanitiaan akan mengomentari panitianya...demikian sebaliknya jika kepanitiaan berganti di event berikutnya.

Orientasinya bagaimana memuaskan jemaat yang hadir, bukannya bagaimana menolong jemaat yang hadir memuaskan hati Allah.

Natal seolah tidak lagi spiritual, hanya kulitnya, tapi di dalamnya di penuhi aktivitas demi aktivitas...sudah terlalu lama kita membaliknya seperti itu...sehingga, jenuh...capek...gak mau jadi panitia atau pelayan Natal lagi, jadi curhat rutin setiap tahun.

Kalau gitu Natal untuk apa dan siapa sih sebenarnya jika kita merasa seperti itu?

(Kita perlu belajar kembali kepada kesederhanaan Natal ditengah glamournya perayaan dunia - bahkan gereja - saat ini).

Tidak ada komentar: