Selasa, 04 Mei 2010

komitmen pelayanan

apa sih itu komitmen? apa bedanya dengan janji/tekad?
apakah komitmen itu lebih tinggi tingkatannya dari janji/tekad?

Dan jawabannya adalah...
Komitmen itu merupakan ekspresi logis dari janji/tekad yang kita ucapkan.
Komitmen itu adalah menghidupkan janji/tekad yang udah kita buat, di dalam keseharian hidup kita.
Komitmen itu merupakan penyerahan diri yang utuh, kesadaran akan adanya resiko yang harus ditanggung sehingga rela untuk berkorban, tiada jalan untuk kembali lagi..

Tapi komitmen kita hari ini seringkali dihadapkan pada pilihan yang 'mengguncang' integritas kita.
Ketika berhadapan dengan rutinitas dunia, kita harus memilih: pelayanan ato kesibukan harian.
Padahal, tidak selalu ada kesempatan untuk melayani, tetapi kesibukan harian kita akan tetap ada. mana yang akan kita pilih sesungguhnya menentukan tingkatan komitmen kita.

Dalam pelayanan memang ada banyak pengorbanan: waktu, tenaga, pikiran, dana, perasaan.
Pelayanan sendiri dapat dilakukan tanpa komitmen yang sungguh.
Yang membedakan adalah bahwa orang yang punya komitmen pasti akan melayani.

Tuhan Yesus sendiri bilang kalo ada orang yang mau mengikut Dia, orang itu harus menyangkal dirinya, memikul salib-Nya (setiap hari), dan mengikut Dia.
Artinya apaan sih? apa hubungannya sama komitmen?
Artinya, menyangkal diri itu adalah bagian penting dari komitmen pelayanan kita. Pelayanan bukanlah bicara tentang siapa kita. Pelayanan adalah bicara tentang Tuhan yang kita layani. Demikian pula dengan kehidupan, sesungguhnya bukan bicara tentang diri kita, tapi bicara tentang Tuhan. Yohanes Pembaptis aja bilang, kiranya Dia makin besar, dan aku makin kecil. tapi seringkali dalam pelayanan kita, nama kitalah yang besar, bukan Tuhan... betapa jauhnya kita dari komitmen semula. Jadi, bicara tentang menyangkal diri: tidak ada tempat bagi ego pribadi dalam pelayanan, karena kita bukan mengerjakan apa yang kita mau, tapi mengerjakan apa yang Tuhan mau.

lanjut, waktu Tuhan Yesus bilang tentang memikul salib, para murid langsung terbayang suatu prosesi hukuman yang berlaku saat itu dalam pemerintahan romawi. Seorang terhukum, sambil memikul salibnya, berjalan menuju ke tempat hukumannya, disaksikan oleh banyak orang dalam perjalanannya. Ini berarti bahwa dalam mengikut Yesus (komit untuk melayani Dia), ada resiko yang harus ditanggung, ada pengorbanan yang harus diberikan, dan juga mengingatkan kita: tiada titik balik. Komitmen harusnya sekali untuk selamanya. Sebab komitmen seperti itulah yang Ia tunjukkan di atas kayu salib, 2000 tahun yang lalu.

Hari ini, komitmen pelayanan kita apakah tergantung situasi dan kondisi? apakah tergantung mood kita? ataukah kita tetap meresponi panggilan-Nya dengan sepenuh hati, meski waktunya 'tidak baik' sekalipun. Apakah kita tetap available/tersedia dan menyediakan diri kapan saja untuk dipakai oleh-Nya?

Alkitab mencatat orang-orang yang bergumul dengan komitmennya...
Yunus, sudah disuruh Allah pergi ke Niniwe untuk menyampaikan hukuman Tuhan, eh dia malah kabur, padahal dia adalah hambanya Allah. Setelah pengalaman yang dialami dalam perut ikan besar selama beberapa hari, barulah Yunus re-komitmen ulang (meski agak ogah2an). Dan hasilnya, dengan gaya slengeannya saja, penduduk Niniwe bertobat dari yang paling tinggi sampai ke hewan ternak sekalipun. Luar biasa, bukan? kalo yang menuruti stengah hati aja dapat dipakai secara luar biasa, apalagi yang menjaga kemurnian hati dengan sepenuhnya?

Sadrakh, Mesakh, Abednego, komit untuk tetap beribadah dan menyembah kepada Allah saja, bukan kepada yang lain. Hasil komitmen mereka adalah dipanggang dalam dapur api yang menyala-nyala. Dan apakah yang dapat dilakukan oleh Allah bagi orang2 yang menyerahkan hidup sepenuhnya kepada-Nya? Bukan saja SMA tidak terbakar sedikit pun, tapi juga membuat SMA beroleh pengakuan akan Allah yang mereka sembah.

Petrus, salah seorang murid Tuhan yang begitu setia dan berkobar2 bagi Tuhan, tapi menyangkali Tuhan, yang berarti juga menyangkali komitmennya untuk bersama Tuhan, hidup ataupun mati. Setelah re-komitmen ulang, Tuhan memakainya secara luar biasa.

dari contoh2 di atas, kita tahu bahwa komitmen dalam pelayanan bukan hal mudah, tapi hal yang kompleks: bukan sekedar janji/tekad, tapi kerelaan untuk mentaati apa yang Ia perintahkan. Kerelaan untuk terus maju dan berjuang, meskipun ada aral melintang, setia sampai akhir, sekalipun harus berkorban.

Waktu aku merenungkan lagi hal ini, aku diingatkan sekali lagi bahwa melayani Dia sungguh merupakan anugerah. Komitmen kita untuk melayani Dia sesungguhnya adalah kesempatan luar biasa yang harusnya memberi tempat kepada kuasa-Nya dinyatakan dalam kehidupan dan pelayanan kita, sehingga kita akan selalu berkata YA kepada-Nya...

temans, sudahkah engkau menjaga hatimu agar selalu available bagi Tuhan?
(Tuhan, aku mau selalu available untukmu, kapan saja Engkau menginginkanku...)