Sabtu, 07 Desember 2013

(Hanya) sebuah permen…

Siang itu saya datang ke sebuah cabang bank swasta terkenal di Indonesia. Setelah diberi nomor antrian, saya pun menunggu di sebuah sofa panjang yang cukup nyaman. Tak lama kemudian datang seorang staf CS membawa sebuah keranjang kecil. Sambil tersenyum tulus ia menawarkan permen yang ada di keranjang tersebut. “Silakan permennya, Pak.” demikian katanya. Saya pun mengambil permen itu dengan senang, tentu tak lupa mengucapkan terima kasih. Meskipun membagikan permen nampaknya adalah sebuah layanan yang sepele, ternyata hal itu dapat memberikan kesan tersendiri bagi saya. Lewat sebuah permen, sebagai nasabah saya merasa begitu dihargai.

Dari pengalaman saya tersebut, saya menarik beberapa kesimpulan. Pertama, pelayanan sekecil apapun jika dilakukan dengan sepenuh hati akan memberikan dampak yang maksimal. Terkadang kita bertemu beberapa orang yang hanya ingin melayani dalam hal-hal yang besar. Mereka menganggap bahwa dampak yang besar hanya bisa dicapai lewat layanan yang ‘besar’ pula. Mungkin mereka lupa bahwa segala sesuatu yang besar bermula dari hal-hal kecil dan sederhana yang dijalankan dengan konsisten. Tidak ada hasil yang instan. Bahkan dampaknya pun seringkali harus menunggu beberapa waktu tertentu untuk dapat dirasakan. Sebab itu, jika kita ingin maksimal, mulailah dengan setia mengerjakan apa yang nampaknya sederhana.

Kedua, pelayanan yang kecil dan sederhana itu membangun relasi dan kepercayaan orang lain. Kalau untuk hal-hal yang nampaknya remeh saja kita mengabaikannya, bagaimana mungkin orang dapat mempercayakan hal-hal yang besar kepada kita? Berdasarkan pengalaman di atas, saya tentu tidak akan mau menjadi nasabah jika bank tersebut tidak memberikan layanan yang baik kepada nasabahnya. Contoh lainnya, pernah juga saya tidak mendapatkan pelayanan yang semestinya dari beberapa rumah makan. Saya tidak mendapatkan sapaan yang ramah, penjelasan yang memadai ketika bertanya tentang menu yang ada, dan hal-hal kecil yang seharusnya menjadi standar sebuah rumah makan. Ketika saya mengalami hal itu, maka saya memutuskan untuk tidak lagi pergi kesana. Saya juga memberitahu rekan-rekan saya untuk tidak pergi kesana karena pelayanannya tidak maksimal. Sebaliknya, untuk rumah-rumah makan yang memperhatikan detil yang sederhana dari layanan mereka, tentu dengan senang hati saya akan mempromosikannya kepada orang lain.

Sekarang, mari kita memikirkan tentang pelayanan kita: pelayanan apa yang kita lakukan dan bagaimana cara kita melakukannya. Apakah tujuannya untuk kepuasan diri sendiri? Yaitu untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Atau kita melakukannya karena ingin membangun relasi yang lebih luas dan membangun kepercayaan jangka panjang untuk hasil yang lebih maksimal di masa depan?


Kadang-kadang itu dapat dimulai dengan sebuah permen…

Tidak ada komentar: